PENGOLAHAN DAN PEMASARAN TELUR ASIN PADA USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KOTA JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat (Fardiaz, D. 1972).
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Masa kadaluwarsa telur asin bisa mencapai satu bulan (30 hari) (Abubakar.,dkk. 1993).
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Masa kadaluwarsa telur asin bisa mencapai satu bulan (30) (Fardiaz, D. 1972).
Panganan ini bersifat praktis dan dapat dipadukan dengan berbagai masakan misalnya nasi jamblang, dan nasi lengko, bahkan dapat pula dimakan tanpa nasi. Nelayan yang melaut atau orang yang bepergian untuk waktu lama biasa membawa telur asin untuk bekal.
Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori direbus matang atau dimakan mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi / rusak, berarti mutu protein akan menurun (Sirait Celly H. 1986).
Pengasinan telur merupakan salah satu upaya untuk mengawetkan telur (memperpanjang masa simpan), menghilangkan bau amis telur dan memberi cita rasa khas. Banyak macam metoda penghasilan telur. Secara tradisional masyarakat menawetkan telur dengan cara membungkus dengan adonan dari campuran garam dan bahan lain. Selain itu penghasilan juga dapat dilakukan dengan menggunakan media cair (Robinson, D. W. 1977).
Metode pengasinan dengan cara membungkus telur dengan adonan adsa beberapa cara yaitu adonan yang dibuat dari garam dan abu, garam dan batu bata, atau garam, batu bata dan abu. Perbandingan garam dan bahan campuran bervariasi tergantung kebiasan, tetapi pada umumnya makin tinggi kadar garam yang digunakan dan makin lama waktu pengasinan akan menghasilkan telur dengan kadar garam yang lebih tinggi. Waktu pengasinan biasanya berkisar antara 10 sampai 14 hari (Robinson, D. W. 1977).
Cara pengasinan dengan menggunakan media cair adalah dengan cara merendam telur dalam larutan garam jenuh. Waktu perendaman dalam larutan garam jenuh selama 7 sampai 14 hari.Untuk mencegah cepatnya kerusakan telur dapat dilakukan pengolahan/pengawetan telur dengan cara pembuatan telur asin. Telur asin merupakan salah satu mengawetkan telur. Umur simpan telur yang diasinkan dapat mencapai 3 minggu (Afriani dan H. Lukman. 1998).
Keunggulan dari pengasinan telur adalah menambah cita rasa, meningkatkan nilai ekonomis, meningkatkan selera konsumen serta mencegah masuknya mikroba kedalam telur. Namun saat ini telur asin masih banyak kurang disukai konsumen, hal ini dikarenakan kualitas telur asin yang dihasilkan tidak mengikuti selera konsumen. Kurangnya inovasi pengolahan maupun rasa pada telur asin dan adanya pesaing usaha telur asin yang semakin banyak. Untuk menanggapi hal tersebut diciptakanlah inovasi baru telur asin herbal dan telur asin samak yang dapat meningkatkan animo masyarakat atau konsumen.
Telur yang dibutuhkan adalah telur yang baik mutu dan kualitasnya, secara umum masyarakat tidak mengetahui bagaimana sesungguhnya telur yang sudah rusak dan telur yang masih bagus kualitasnya. Secara umum masyarakat hanya menilai dari keadaan telur (retak atau tidaknya), tetapi hal–hallain seperti apakah telur telah lama disimpan, masyarakat tidak dapat mengetahuinya kecuali mencelupkan telur ke dalam air yang dapat dilihat dari keadaan posisi telurnya (Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963).
Usaha telur asin ini prospeknya sangat menjanjikan terbukti dari hari ke hari permintaan pasar terhadap telur asin semakin meningkat, semakin tinggi permintaan pasar semakin besar juga keuntungan yang di dapat dari usaha telur asin ini usaha telur asin ini dapat di lakukan perseorangan dan juga bisa di lakukan berkelompok. Keberhasilan usaha telur asin ini dapat di capai melalui manajamen yang baik meliputi pemasaran dan produksi.
Dari uraian di atas maka penulis melakukan Farm Experience di tempat pengolahan telur asin ibu Nora dengan judul "Pengolahan dan pemasaran Telur Asin pada Usaha Industri Rumah Tangga Ibu Nora yang bertempat di Jalan Pattimura RT 34 Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi”.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Farm Experince ini adalah untuk mengetahui pengolahan ataupun pemasaran telur asin serta untuk mengetahui berapa banyak yang telur itik yang di gunakan dalam 1 kali produksi dalam 1 minggu dan dimana saja telur asin ini di pasarkan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Farm Experience ini adalah untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan dalam bidang pengolahan telur asin serta menambah pengalaman dalam usaha telur asin ini dan kita dapat membuat telur asin sendiri di rumah, juga mengetahui bagaimana pengembangan usaha telur asin ini serta bagaimana memasarkan produk tersebut.
Download Dokumen ini dengan klik DISINI ....
0 Response to "PENGOLAHAN DAN PEMASARAN TELUR ASIN PADA USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KOTA JAMBI"
Post a Comment